Pemasaran Investasi Komoditas Pertanian Dan Perikanan Unggulan

Hamparan tanaman pepaya seluas 40 ha di Cikembang, Sukabumi tampak sarat buah. "Sekitar 2 bulan lagi kita sudah bisa panen," ucap Agung, manajer lapangan.

Secara bertahap areal bekas kebun karet seluas 75 ha itu akan menjadi basis pengembangan pepaya PT Mahkota Agro Purbamas. mengembangkan pepaya hibrida F-1 berproduktivitas tinggi dan disukai konsumen.

Dipilih Cikembang lantaran iklim di sana cocok untuk pepaya. Intensitas matahari cukup, curah hujan 1.500 sampai 2.000 mm/tahun, dan perbedaan suhu siang dengan malam rendah.

Didukung kondisi tanah yang subur memungkinkan produksi pepaya maksimal. pH 6,5 sampai 7, ideal untuk pepaya. Wajar, bila target produksi setiap pohon 4 sampai 8 buah/bulan dengan bobot 1,5 sampai 3 kg/buah.

Pepaya hibrida F-1 yang ditanam dengan jarak 2,5 m x 2,5 m berbuah pada umur 8 sampai 9 bulan, atau 7 bulan sejak pindah tanam dari penyemaian.

Penampilan buah menarik, kuning kemerahan pada waktu matang. Pohon cenderung pendek, berbatang kekar, dan tahan berbagai penyakit.

Daging buah merah cerah berasa lebih manis dibanding pepaya lokal atau cibinong. Hibrida F-1 yang didatangkan dari Thailand itu tahan pengangkutan dan bisa disimpan lebih lama.

Komoditas unggulan

merupakan komoditas pertanian yang sangat menguntungkan. Apalagi ditanam secara intensif," ungkap John Madyautama, direktur PT Mahkota Agro Purbamas (Mahamas).

Bukti itu sudah dirasakan John sejak tinggal di kota kelahirannya Purbalingga, Jawa Tengah. Hanya dengan ratusan pohon kedua orang tuanya mampu membiaya hidup dan menyekolahkan anak. Alasan itulah yang mendorong lelaki setengah baya itu tak lepas dari pepaya.

Seluk-beluk pasar pepaya dipelajari. Bahkan Mitra Usaha Tani tak sekadar menanam, tapi menjadi pemasok toko-toko buah. Kini bersama perusahaannya, Mahamas, ia mengajak para investor menanamkan modal di pepaya.

Tujuannya, "Agar yang punya modal sedikit maupun besar turut merasakan manisnya uang pepaya," tuturnya. Lahan di Cikembang, dan di Pulau Bintan yang tengah digarap adalah wujud dari kepercayan para investor.

Namun, "Kami tak hanya berhenti di pepaya. Komoditas unggulan lain masih banyak, kendati tidak bisa lolos begitu saja," tutur John. PT Mahamas baru berani membuka investasi bila hasil ujicoba menunjukkan margin tinggi.

Sebaliknya rendah, tanpa ragu akan mengubur dalam-dalam keinginan mengembangkan komoditas itu. Saat ini tercatat 4 komoditas unggulan yang telah diluncurkan, yakni pepaya, gurami, nenas, dan teh.

"Dalam waktu singkat 150-an investor sudah bergabung dengan kami. Mereka datang dari berbagai kota dan provinsi dengan nilai investasi puluhan juta hingga miliaran rupiah," tuturnya.

Menurut John, jika "kuota" untuk pasar komoditas tertentu sudah terpenuhi kemungkinan ditutup. Sebab, PT Mahamas membuka investatsi bertolak dari pasar yang tersedia. Untuk itu, perusahaan yang berkantor pusat di Jl. Raden Saleh, Jakarta Pusat, itu selalu berusaha mencari pasar bani agar kesempatan berinvestasi betjalan terus.

Udang sedang dijajaki, 3 lahan tambak di Indramayu sebagai lokasi uji coba. "Pasar Amerika meminta udang. Kalau ini berhasil kita akan launching," ujar John.

Udang yang digunakan jenis vannamei, umurnya hanya 70 hari. Pengalaman petani menunjukkan dengan modal Rp100.000 diperoleh keuntungan 2 sampai 3 kali lipat.

Parting lahan 3 hektar

merupakan komoditas yang banyak diserbu investor.  Waktu investasi singkat hanya 6 bulan karena kami memelihara gurami dari bibit. Daya tarik itulah yang membuat investor berlomba meraih kesempatan mengeruk uang.

Tidak heran dalam waktu singkat Mahamas sudah siap-siap menutup peluang itu. Ada 3 ha kolam di Desa Pamagersari, Parung, berisi 300.000 sampai 350.000 gurami.

"Kami pilih lokasi di Parung karena alasan pasar. Tapi bibitnya didatangkan dari Banyumas," ucap Ant. Soedibjo, site plant PT Mahamas. Jakarta menyerap gurami cukup banyak, 10 sampai 15 ton/hari.

Parung sebagai salah satu sentra gurami yang memasok ke Jakarta. Jarak Parung Jakarta bisa ditempuh hanya 1 jam menggunakan kendaraan roda empat. Alhasil, risiko kematian di perjalanan kecil dan harga bersaing. Selain itu jika ada pesanan mendadak bisa segera dipenuhi.

Mahamas sebetulnya sudah menyiapkan lahan sekitar 10 hektar. Namun, tidak seknyong-konyong semua kolam diisi gurami. "Gurami perlu penanganan intensif, sehingga butuh tenaga profesional.

Sementara tenaga yang ada terbatas," ujar Soedibyo. Bahkan soal ketersediaan pakan perlu diperhatikan. Selama ini untuk mendapatkan daun sente agak sulit. Sehingga pakan pokok gurami itu harus dipersiapkan. Nah, di sela-sela tanaman pepaya itulah dimanfaatkan untuk menanam kajar, istilah sente di daerah Jawa Tengah.

Menurut Soedibyo dengan pakan 60% sente dan 40% pelet, pertumbuhan gurami 2 sampai 2,4 g/hari. Total pakan 3% dari bobot ikan. Pakan diberikan 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

"Belum pernah terjadi wabah karena kita antisipasi sebelum ada serangan," tambahnya. Misalnya, kala hujan terus menerus yang menyebabkan pH rendah dimasukkan garam ke kolam. Dosisnya, kira-kira 1 kg untuk 1.000 liter air.

Hanya saja kondisi alam tidak bisa dikendalikan. Yang tidak bisa dikendalikan bila ada petir. Ikan kaget sehingga berloncatan dikhawatirkan stres dan menghambat pertumbuhan.

Bagi hasil tinggi

Ditunjang teknik budidaya yang benar, komoditas yang diusahakan Mahamas memberikan keuntungan tinggi. "Kita melibatkan praktisi dan tenaga terdidik. Praktis hasil pun lebih baik," kata John.

Mahamas yang dirintis sejak 4 tahun lalu itu memberikan bagi hasil 6 sampai 7 % per bulan dari nilai investasi, tergantung komoditas. Pepaya dengan nilai investasi per paket Rp25-juta dan Rp37,5-juta selama 18 bulan bagi hasilnya 7%.

Gurami ada 4 paket, A D. Paket A dengan nilai investasi Rp5-juta selama 4 bulan, bagi hasil 6%; paket B 4 nilai investasi Rpl5-juta selama 4 bulan bagi hasil 6,5%; paket C nilai investasi Rp25-juta selama 6 bulan, bagi hasil 7%; paket D nilai investasi Rp40-juta selama 6 bulan, bagi hasil 7,5%.

Nenas dengan nilai investasi Rp75-juta selama 18 bulan memberikan bagi hasil 7%. Sama seperti teh yang setiap paketnya dijual senilai Rp100-juta, diberikan bagi hasil 7% selama 12 bulan masa pengusahaan oleh Mitra Usaha Tani.

Bagi hasil semha komoditas yang ditawarkan Mahamas diberikan setiap bulan selama masa pengusahaan, terhitung 1 bulan sejak penanaman investasi.

Investor tetap menerima bagi hasil sekalipun perusahaan mengalami gagal panen atau sesuatu yang menyebabkan kerugian. "Kami jamin sepenuhnya karena perjanjian ditandatangani di depan notatris. Jadi investor tidak perlu khawatir rugi, modal akan kembali berikut bagi hasil," papar John.

Mitra Usaha Tani menjelaskan, kesediaan membayar bagi hasil sebelum komoditas berproduksi lantaran Mahamas memiliki usaha lain. Ia menyebutkan usaha tongkang di Pulau Batam bekerjasama dengan Flora Marine.

Lalu dengan perusahaan yang sama menangani transportasi angkutan laut ke Halmahera. Di luar itu Mahamas menjalankan trading untuk masing-masing komoditas. "Trading telur atau burayak gurami, misalnya, sengaja tidak ditawarkan investasi. Maksudnya agar keuntungan yang diperoleh dari penjualan bisa untuk menalangi bagi hasil," ungkap John.

I

Renvois

  • Il n'y a présentement aucun renvoi.